0 Comment
Merokok di motor. Foto: Rangga Rahardiansyah Merokok di motor. Foto: Rangga Rahardiansyah

Jakarta - Penyintas kanker paru-paru Sutopo Purwo Nugroho mengaku dirinya bukan seorang perokok aktif. Dia juga selalu rajin olahraga serta cukup makan buah dan sayur setiap hari. Namun takdir berkata lain, Sutopo dinyatakan mengidap kanker paru stadium IV awal 2018. Hingga kini, Kepala Pusat Data dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tersebut masih melaksanakan pengobatan medis.

"Kalau diingat, kantor saya dulu kecil dan penuh asap rokok. Orang di sekitar saya hampir semuanya merokok, sampai aromanya melekat di baju. Mungkin dari situlah saya yang tidak merokok sanggup kena kanker paru," kata Sutopo dalam program Seminar Sehari Kewaspadaan dan Deteksi Kanker Paru pada Layanan Primer di Rumah Sakit Umum Pemerintah (RSUP) Persahabatan, Minggu (16/12/2018).


Pengalaman Sutopo membuktikan, rokok dan asapnya tidak hanya menjadi faktor risiko kanker paru bagi pengisapnya tapi lingkungan sekitar. Menurut dokter jago paru dari RSUP Persahabatan dr Elisna Syahruddin PhD, paparan asap rokok ikut memicu pertumbuhan sel kanker (karsinogen) pada second hand smoker. Zat karsinogen dalam asap rokok juga kerap tertinggal dalam perlengkapan rumah tangga, yang mengakibatkan mereka yang tidak merokok menjadi third hand smoker.

"Rokok dan asapnya menjadi faktor risiko yang sanggup dikendalikan, berbeda dengan umur, jenis kelamin, dan riwayat dalam keluaga. Mereka yang berusia lebih dari 40 tahun, mempunyai riwayat kanker dalam keluarga, atau pernah menderita kanker sebelumnya berisiko lebih besar mengalami kanker paru. Untuk perokok, mereka harus segera menghentikan kebiasaan yang berbahaya bagi diri sendiri dan lingkungannya," kata dr Elisna

Selain paparan asap rokok, dr Elisna menyebut tiga faktor kanker paru lain pada orang yang bukan perokok. Faktor ini sanggup dikendalikan untuk menekan risiko kanker paru. Faktor pertama ialah polusi dalam ruangan yang sanggup berasal dari asap dapur, penggunaan asbes, dan obat nyamuk bakar. Faktor risiko ini sanggup ditekan dengan menciptakan jalan masuk pembuangan, membuka jendela, atau ventilasi untuk pertukaran udara.

Faktor kedua ialah polutan dari luar ruangan yang sanggup berasal dari asap mesin, kendaraan, industri, kebakaran hutan, dan lahan. Faktor lainnya ialah paparan zat pemicu kanker di lingkungan kerja pabrik dan pertambangan. Faktor ini sanggup ditekan dengan tidak tinggal di lingkungan tersebut, atau memakai masker ketika melewati daerah berpolusi tinggi.





Simak juga video 'Tips Jaga Anak Menghindari Budaya Merokok':

[Gambas:Video 20detik]

Post a Comment

 
Top