Jakarta -
"Pait! Pait! Pait!"
Kebanyakan orang yang takut disengat lebah niscaya akan berteriak menyerupai itu saat melihat binatang bersayap tersebut terbang di sekitarannya. Tapi hal ini berbeda dari yang nampak di kawasan 'Bekam, Totok Darah, dan Sengat Lebah' yang ada di komplek Wiladatika 8, Cibubur, Jakarta Timur.
Tim detikHealth justru sengaja mampir ke sana untuk mencicipi terapi dengan sengatan lebah. Tentunya lebah yang dipakai bukan lebah sembarang lebah, lebah yang dipilih merupakan lebah pekerja jenis Apis Mellifera, yang berasal dari Australia. Lebah tersebut lalu diternakkan di Jawa Tengah.
Satu jam kemudian, sehabis perut terisi dan merogoh kocek Rp 80 ribu untuk biaya terapi, kami diminta untuk menunggu beberapa menit.
"Saya pernah terapi sengat lebah. Pertama kali saya coba terapi lebah, saya meriang malamnya. Tapi besoknya pegal-pegalnya ya hilang," ujar salah seorang Bapak yang ikut menanti giliran untuk diterapi. Hmm bikin ingin tau sekaligus deg-degan untuk menjajal terapi yang satu ini.
Selang berapa menit, kami diminta masuk ke dalam ruangan oleh salah satu terapis berjulukan Siti yang kurang lebih sudah setengah tahun bekerja.
"Dioles minyak zaitun dulu ya," ujarnya
Sebelum disengat lebah, terlebih dahulu disemprotkan minyak zaitun. Foto: Aisyah/detikHealth |
Cus! Dengan perlahan Siti menancapkan pantat lebah ke area leher dan bahu yang terasa kaku. Lebah tersebut dibiarkan selama beberapa detik sebelum kesudahannya diangkat. Ia pun segera mengambil sengat yang melekat di kulit dengan pinset yang sudah ia siapkan. Tangannya lalu menepuk-nepuk sekitaran lokasi sengatan.
"Ditepuk-tepuk agar racunnya menyebar. Racunnya melancarkan peradaran darah dan merangsang saraf," katanya.
Menurut selembaran yang diterima detikHealth, racun yang dihasilkan berjulukan apitoxin yang diklaim bisa menurunkan asam urat, kolesterol, dan membantu penyakit saraf menyerupai saraf kejepit. Siti menjelaskan untuk pertemuan awal, biasanya hanya disengat oleh 3-5 lebah saja. Namun untuk pertemuan selanjutnya bisa diadaptasi dengan kemampuan tubuh.
Selesai menjalani terapi, Siti menjelaskan beberapa 'pantangan' yang harus dijalani.
"Air susu sama kelapa nggak boleh, takut racunnya netral. Kalau malam takutnya demam, minum air putih yang banyak," sarannya.
Jika ditanya apa rasanya disengat lebah, bisa dideskripsikan dengan rasa sakit, perih, dan panas. Sampai beberapa jam usai terapi di area leher, leher kami masih merah menyerupai gigitan nyamuk. Bila disentuh, rasa nyeri juga masih terasa.
Adakah salah satu dari kalian sudah pernah mencoba terapi sengat lebah atau justru tertarik mencobanya? Tuliskan tanggapanmu di kolom komentar.
Post a Comment