0 Comment
Rasa lapar tidak selalu berasal dari perut, kadang mata bisa menipu otak (Foto: iStock) Rasa lapar tidak selalu berasal dari perut, kadang mata bisa menipu otak (Foto: iStock)

Jakarta - Setiap orang niscaya pernah mengalami stres. Biasanya untuk meredam emosi yang diakibatkan oleh stres, banyak orang melampiaskan dengan mengonsumsi masakan atau minuman yang dianggap bisa menyenangkan hati dan pikiran.

Padahal, pada ketika itu belum tentu perut terasa lapar dan harus diisi. Hal ini biasanya disebut emotional eating atau lapar mata.

Psikolog dari Light House, Tara de Thouars, BA, MPSi, menyampaikan untuk selalu mencari tahu perbedaan antara lapar mata atau emosi dan lapar fisik. Makara jangan hingga yang lapar hatinya yang dikasih obat perutnya.

"Selalu pastikan kalau perut memang dalam keadaan lapar. Makara kalau misal tiba-tiba ngidam makan cokelat, es krim atau pengin sesuatu, perhatikan dulu gejala fisiknya.

Kalau misalkan perut tidak terasa keroncongan, atau terasa perih, bahkan merasa 'begah' mungkin perut tidak minta apa-apa dan baiknya jangan diisi.



"Karena yang membedakan lapar emosi dan lapar fisik adalah kalau lapar fisik biasanya masih bisa di tunda. Tapi kalau lapar emosi kita eksklusif bereaksi," tuturnya

Lapar fisik biasanya makan apa saja, kalau lapar emosi akan craving sesuatu yang memang diinginkan dan menjadi concern kita. lapar fisik juga sehabis makan perasaan akan baik-baik aja, lain dengan lapar fisik yang sehabis makan ada perasaan menyesal," sambungnya

Tara menambahkan, orang yang lapar mata akan cenderung makan dengan cepat dan dalam porsi yang banyak. Makara tidak akan menikmati santapan yang dikonsumsi.

Sejalan dengan hal tersebut, Kepala Subdit Diabetes Melitus dan Gangguan Metabolik, Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kementrian Kesehatan RI, dr Prima Yosephine, MKM, menjelaskan konsumsi Gula Garam Lemak (GGL) yang berlebihan akan mengakibatkan aneka macam problem kesehatan.

"Ada batasan konsumsi GGL per hari yang telah diatur oleh Kemenkes. Konsumsi berlebihan akan berisiko hipertensi, stroke, diabetes dan serangan jantung," pungkasnya.

Post a Comment

 
Top