Jakarta - Holding BUMN Pertambangan PT Inalum (Persero) berhasil meningkatkan kepemilikan perusahaan di PT Freeport Indonesia (PTFI) dari 9,36% menjadi 51,2% pada Desember tahun lalu, melalui pembiayaan yang berasal dari sejumlah institusi finansial dunia.
BNP Paribas dari Prancis, Citigroup dari Amerika Serikat, dan MUFG dari Jepang menjadi koordinator underwriter dalam penerbitan obligasi global Inalum pada November tahun lalu. Sementara CIMB dan Maybank dari Malaysia, SMBC Nikko dari Jepang dan Standard Chartered Bank dari Inggris sebagai kawan underwriter.
Wakil Direktur Utama PT Inalum, Orias Petrus Moedak mengungkapkan, jikalau tidak ada asset atau saham Inalum dan anak usaha, termasuk PTFI, yang digadaikan ketika perusahaan menerbitkan obligasi global senilai US$ 4 miliar. Dimana sebanyak US$ 3,85 miliar atau Rp 55 triliun dipakai untuk pembayaran saham PTFI dan sisa US$ 150 juta untuk refinancing.
"Saya rasa Freeport pun dulu tidak percaya bahwa kita bakal sanggup pendanaannya. Sekarang seluruh dunia percaya kita, terus kenapa orang kita nggak percaya. Dan jangan takut bahwa ini nggak sanggup bayar. Lho yang nggak sanggup bayar siapa. Seluruh dunia percaya kita sanggup bayar, kenapa kita minder," kata Orias dalam keterangannya, Kamis (17/1/2019).
Obligasi Inalum terdiri dari dari empat seri dengan dengan masa tersingkat 3 tahun dan paling usang 30 tahun, denggan tingkat kupon rata-rata sebesar 5,991%. Untuk penerbitan Global Bond ini, Inalum mendapat rating Baa2 dari Moody's dan BBB- dari Fitch. Bond ini telah terdaftar di Singapore Exchange Securities.
Menurut Orias, penerbitan obligasi ini lebih kompetitif dan stabil dibanding dengan dukungan dari sindikasi perbankan asing. Jika lewat perbankan, akan ada risiko suku bunga yang sanggup melonjak di ketika ketidakpastian ekonomi global, dan juga untuk jangka panjang biasanya bank meminta jaminan.
"Mengapa Inalum tidak mengambil pembiayaan dari dalam negeri? Karena perusahaan tidak ingin ada uang yang keluar dari Indonesia dan mengakibatkan terjadinya fluktuasi nilai tukar rupiah," terangnya.
Inalum mengeluarkan Rp 55 triliun untuk membeli tambang PTFI dengan kekayaan (termasuk cadangan mineral) senilai Rp 2.400 triliun sampai 2041. Setelah 2022, keuntungan higienis PTFI diproyeksikan sebesar Rp 29 triliun per tahun menurut perkiraan yang konservatif.
Post a Comment