Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencurigai kondisi di pasar keuangan global dan tetap memastikan stabilitas rupiah. Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah kewaspadaan tersebut perlu alasannya ialah dipengaruhi empat faktor.
Pertama, berlanjutnya kecemasan pasar terhadap perlambatan ekonomi global. Kedua, kekhawatiran dampak dari berhentinya sebagian layanan publik pemerintahan di AS (partial US Government shutdown) yang berkepanjangan.
Ketiga, ketidakpastian solusi implementasi Brexit. Keempat, hasil lanjutan negosiasi AS-China.
Dia menjelaskan index dollar (DXY) terus bergerak naik dari 95.00 pada 10 Januari ke 96.10 hari ini. Oleh alasannya ialah itu, berdasarkan Nanang, BI senantiasa siaga mengambil langkah-langkah operasi pasar untuk stabilisasi rupiah.
Operasi pasar dimulai pukul 08.30 WIB dengan membuka lelang Domestic Non Deliverable Forward (DNDF) untuk membendung imbas pergerakan kurs NDF luar negeri yang sempat melambung ke Rp 14.300 di pasar New York.
Dengan membuka lelang DNDF pada pukul 08.30 pada kurs Rp 14.209, kurs NDF luar negeri kembali mendekat ke Rp 14.209. Lelang berhasil menarik incoming bid US$ 103 juta.
Dia menjelaskan sesudah lelang berlangsung 30 menit, upaya untuk mengendalikan NDF luar negeri dilanjutkan dengan intervensi DNDF melalui 8 broker sepanjang hari sehingga kurs NDF luar negeri bergerak tidak jauh dari kurs DNDF.
Baca juga: Modal Asing Masuk RI Capai Rp 14,75 T |
"Dengan lebih terkendalinya pasar NDF, supply-demand di pasar spot lebih terjaga dengan prosedur pasar yang berjalan cukup baik," kata dia.
Nanang mengungkapkan setiap terjadinya tekanan pelemahan rupiah sering kali mengundang munculnya pelepasan valas oleh pelaku pasar, sehingga rupiah yang sempat melemah ke 14.200 kembali menguat ke 14.175 pada penutupan pasar.
Pada hari ini, Jumat (18/1/2019) rupiah menguat tipis 0,04% dibandingkan penutupan kemarin. Secara year to date 2019 rupiah menguat 1,50%.
Post a Comment