0 Comment
Foto: BBC WorldFoto: BBC World

Jakarta - Ledakan investasi China ke Amerika Serikat hampir lenyap. Investasi absurd dari China ke AS anjlok 83% pada 2018, berdasarkan laporan yang dirilis oleh firma aturan Baker McKenzie.

Investasi pribadi dari China ke Amerika turun drastis pada 2018 menjadi hanya $ 5,5 miliar atau setara dengan Rp 79 triliun (pada kurs Rp 14.500). Aset China lainnya senilai $ 12 miliar atau sekitar Rp 174 triliun di seluruh dunia juga diperkirakan akan dijual tahun ini.

Penguapan uang China di Amerika Serikat ditengarai penyebabnya yakni pembatasan yang diberlakukan oleh negeri tirai bambu pada investasi di luar negeri. Tren ini diperburuk dengan perilaku AS yang telah memperketat dan mengkaji investasi asing, belum lagi imbas perang dagang AS-China.


"Orang China memborgol diri mereka sendiri untuk berinvestasi di luar negeri. Dengan munculnya peraturan dari Trump, Amerika Serikat menyerupai menaruh tanda "Tidak Dijual" di pintu depan (kepada China)," kata Scott Kennedy, administrator Proyek Bisnis dan Ekonomi Politik China di Pusat Studi Strategis dan Internasional, menyerupai dikutip dari CNN, Selasa (15/1/2019).

Padahal sebelumnya, investasi Tiongkok ke Amerika Serikat mencapai US $ 45,6 miliar atau setara Rp 661 triliun pada tahun 2016, tahun di mana raksasa asuransi HNA membelanjakan 25% sahamnya untuk mengakuisisi serangkaian hotel kelas atas.

Tetapi investasi absurd pribadi melambat menjadi US$ 29 miliar atau setara Rp 420 triliun pada tahun 2017. Ketika itu China memberlakukan pembatasan pada investasi luar negeri dalam upaya membendung arus modal keluar.

Investasi di Amerika Serikat kemudian menyusut menjadi hanya US$ 4,8 miliar atau setara dengan Rp 69 triliun tahun kemudian di tengah tindakan keras Washington terhadap China. "Sebuah penurunan besar," ungkap Kennedy.



"Real estate, transportasi dan infrastruktur, investasi China di sektor-sektor ini "sebagian besar telah hilang," berdasarkan laporan Baker McKenzie.

Sementara itu, para pejabat AS pun mengamati investasi Tiongkok dengan intensitas yang lebih besar. Komite Investasi Asing di Amerika Serikat telah menolak beberapa transaksi penting, termasuk ajuan Broadcom (AVGO) senilai US$ 117 miliar atau setara dengan Rp 1.696 triliun untuk Qualcomm (QCOM).

Hal ini terjadi sesudah tahun lalu, Presiden Donald Trump menandatangani undang-undang yang memperluas kekuatan CFIUS (Committee on Foreign Investment in the United States) alias forum pengawas investasi asing. UU itu sanggup memblokir transaksi luar negeri untuk tujuan keamanan nasional.

Namun, berbeda dengan AS, beberapa ekonomi besar, termasuk Perancis, Jerman, Spanyol dan Swedia, mengalami peningkatan investasi dari China berdasarkan laporan Baker McKenzie.

Bahkan Kanada, mempunyai investasi dari China yang melonjak 80% menjadi US$ 2,7 miliar Rp 39 triliun tahun lalu. Termasuk divestasi, Kanada menikmati lebih banyak investasi Tiongkok daripada Amerika Serikat pada 2018, kata Baker McKenzie.



Saksikan juga video 'Ketegangan Perang Dagang AS-China, Beijing Balas Naikkan Tarif':

[Gambas:Video 20detik]

Post a Comment

 
Top