Jakarta - Holding Industri Pertambangan, PT Inalum (Persero), meluruskan asumsi-asumsi yang tidak berdasar. Utamanya, terkait pembiayaan untuk meningkatkan kepemilikan perusahaan di PT Freeport Indonesia (PTFI) dari 9.36% menjadi 51.2%.
Inalum menyampaikan tidak ada aset atau saham Inalum dan anak usaha, termasuk PTFI, yang digadaikan ketika perusahaan menerbitkan obligasi global senilai US$ 4 miliar. Adapun dari jumlah tersebut, US$ 3.85 miliar atau Rp 55 triliun dipakai untuk pembayaran saham PTFI dan sisa US$ 150 juta untuk refinancing.
"Jangan tergoda hoaks. Tidak ada aset atau saham yang kita gadaikan dalam penerbitan tersebut. Mengapa bisa tanpa jaminan? Karena investor global percaya akan kinerja Inalum dan prospek bisnis PTFI," ungkap Kepala Komunikasi Korporat dan Hubungan Antar Lembaga Inalum, Rendi A. Witular, dalam keterangan tertulisnya Minggu (23/12/2018).
BNP Paribas dari Prancis, Citigroup dari Amerika Serikat, dan MUFG dari Jepang menjadi koordinator underwriter dalam penerbitan obligasi. Sementara CIMB dan Maybank dari Malaysia, SMBC Nikko dari Jepang, dan Standard Chartered Bank dari Inggris sebagai kawan underwriter.
Untuk penerbitan Global Bond, Inalum mendapat rating Baa2 dari Moody's dan BBB- dari Fitch. Bond tersebut telah terdaftar di Singapore Exchange Securities.
Penerbitan obligasi ini lebih kompetitif dan stabil dibanding dengan dukungan dari sindikasi perbankan asing. Jika lewat perbankan akan ada risiko suku bunga yang sanggup melonjak ketika ketidakpastian ekonomi global. Begitu pula untuk jangka panjang, biasanya bank meminta jaminan.
"Mengapa tidak mengambil pembiayaan dari dalam negeri? Karena kita tidak ingin ada uang yang keluar dari Indonesia dan menjadikan terjadinya fluktuasi nilai tukar rupiah. Ini kan uangnya dari Jepang, Singapura, Amerika dan Eropa yang ditransfer ke negara lain," terang Rendi.
Rendi juga menjelaskan jikalau Inalum mempunyai kemampuan yang besar lengan berkuasa untuk membayar.
"Kita keluar Rp 55 triliun untuk membeli tambang PTFI dengan kekayaan senilai Rp 2,400 triliun sampai 2041. Setelah 2022, keuntungan higienis PTFI diproyeksikan sebesar Rp 29 triliun per tahun menurut perkiraan yang sangat konservatif," pungkasnya.
Post a Comment